Sewaktu kuliah dulu saya kenal baik dengan Mas Prasetio. Kesehariannya menaiki sepeda, hidupnya sangatlah sederhana namun semangat menimba ilmu dan gairah hidupnya amatlah tinggi. “Akan tiba masa nya seorang laki-laki menjadi pria sejati atau pria dewasa”, kata mas Prasetio. Bukan ketika dia menjadi paling kuat berkelahi, paling kaya harta ataupun paling banyak dikejar wanita. “Masa itu adalah ketika, Pertama sang lelaki menggantikan peran Bapaknya yang telah tiada. Kedua, menikahi dan bertanggung jawab atas istrinya. Ketiga, memiliki keturunan yang akan dibesarkannya”, kata Mas Prasetio.
Saat ini mas Prasetio yang dulu kukenal sudah menjadi teladan pria dewasa. Kelahiran putra pertamanya menjadi kebahagiaan dan anugrah terbesar pada dirinya. Kesehariannya berfokus pada putranya, menanam benih cinta dan harapan pada putra balitanya serta tidak lupa menjadi tulang punggung keluarga. Dahulu Mas Prasetio pernah bermimpi punya rumah besar, mobil tipe Hatchback mahal juga sepeda buatan Eropa sebagai cerminan kesuksesannya. Tapi saat ini Mas Prasetio bisa mengatakan bahwa dia sangat sukses dan bahagia walau hanya tinggal di rumah kontrakan sederhana dan menaiki sepeda motor bekas, “Asalkan istri dan anak cukup hidupnya, aku rela meninggalkan hasrat mimpi muda dulu” ujarnya.
Mimpiku dan Mas Prasetio dulu tidaklah jauh berbeda. Mungkin karena kami sama-sama hidup sangatlah sederhana dan sama-sama naik sepeda ke kampus. Yang berbeda Mas Prasetio memiliki semangat api yang menggebu-gebu, sedangkan aku semangat api yang tidak pernah menyala ._. Maka dari itu Mas Prasetio sudah menjadi pria sejati sebagaimana kalam bijaksananya, seratus langkah lebih maju dari diriku. Bercontoh dan belajar dari Mas Prasetio, maka kucoba mempersiapkan datangnya diantara tiga masa itu. Terutama masa ketika seorang pria mengambil anak orang. Kutuliskan surat cinta untuk kekasih di masa mendatang.
—
Teruntuk Bintang yang sinarnya tak pernah padam…
Kusebut kamu bintang, ciptaan Tuhan yang ada di angkasa. Dia menciptakan bintang berjuta banyaknya di angkasa, beragam warna dan bentuknya. Tapi Tuhan berjanji ada satu bintang yang dia ciptakan untuk diriku. Kupandangi ratusan bintang di setiap malam, berharap menemukan bintang yang ditakdirkan, agar bisa kugapai, tangkap dan kusimpan yang selanjutnya kita terbang bersama menjelajahi dataran dan lautan semesta alam.
Tapi Tuhan masih merahasiakanmu. Merahasiakan warnamu, rupamu,bentukmu, juga sinarmu. Tuhan sedang menguji diriku juga dirimu dengan rahasiaNya. Tapi aku tau rencana Tuhan pasti berujung indah, asalkan kita menjadi HambaNya yang bertaqwa. Janji Tuhan untuk mempertemukan kita pasti ada saatnya asalkan kita sabar dan ikhtiar. Aku tau bintang takdirku ada di langit sana bersinar terang. Dan kamu tau aku berada di bumi ini. Kita sama-sama bisa saling memandang tapi masih dirahasiakan. Kita sama-sama tau kita sedang menunggu waktu yang diizinkan Tuhan untuk bertemu.
Jika tiba saatnya pertemuan itu. Tidak. Aku takut Bintang. Kini aku takut akan tibanya pertemuan itu. Aku takut aku belum siap untuk datangnya pertemuan itu. Aku rasa aku belumlah siap untuk datangnya pertemuan itu. Aku takut jikalau kita bertemu engkau akan kecewa. Saat bertemu, Sinarmu akan meredup. Semangatmu padam, dan harapanmu hancur. Aku hanyalah manusia lemah, sederhana tidak punya cita rasa cinta.
Tidak ada perhiasan yang bisa diberikan. Tidak ada mas depan yang bisa dijanjikan. Tidak ada kepastian perlindungan karena aku tak punya kekuatan. Tidak ada kepemilikan yang bersifat abadi. Tidak ada kepastian dan kemudahan di masa mendatang. Tapi bintang, aku punya satu. Aku punya satu yang bisa kuberikan padamu. Bukan itu Bintang, bukan tubuhku, karena baik tubuhku dan jiwaku bukanlah milikku. Karena tubuh, jiwa juga harta yang kumiliki sekarang bukan milikku, melainkan milik Tuhan semesta alam.
Yang kumiliki adalah sebuah ucapan janji. Janji yang tidak akan pernah kuingkari. Janji yang kuikrarkan dalam sanubari, diucapkan dengan percaya diri dan kan kukerjakan dengan pasti. Kusebut ini janji suci. Karena janji ini adalah janji untuk membawamu, membawa kita untuk selalu di Jalan Tuhan. Jalan Keabadian. Jalan menuju keridhoan dari Sang Semesta Alam.
Apakah kamu memikirkan sama dengan yang kupikirkan. Jika itu sama. Tidak itu harus sama. Untuk janji jalan Tuhan ini harus sama. Karena itu satu-satunya yang kumiliki dan akan kuberikan. Maka, jika kau berpikiran sama dengan jalan Tuhan. Dan kau cukup dengan sebuah janji yang akan kuberikan. Maka aku siap untuk pertemuan yang sama-sama kita nantikan.