Suatu perusahaan berdiri dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan ini didapat dengan melakukan penjualan baik itu barang atau jasa. Suatu barang atau jasa tersebut agar dapat dibeli oleh konsumen harus dapat memberikan nilai kepada konsumen tersebut. Kemudian, nilai apakah yang berharga bagi konsumen tersebut? Bagaimana menciptakan nilai pada suatu barang dan jasa?
Suatu entitas bisnis umumnya memiliki fungsi-fungsi seperti marketing, operations, HR, Procurement dan lain sebagainya. Fungsi core utama dari perusahaan jatuh pada fungsi operations dan marketing. Operations sebagai pencipta nilai bagi konsumen, marketing sebagai fungsi menangkap nilai yang diinginkan konsumen dan deliver nilai ini ke konsumen. Kedua Fungsi utama ini kemudian didukung oleh fungsi lainnya dalam menciptakan nilai ke konsumen sebagaimana disampaikan Porter (1985).
Gambar diatas adalah suatu bagan bagaimana suatu value diantarkan ke konsumen seperti dijelaskan sebelumnya. Dibagi menjadi aktifitas utama dan aktifitas pendukung, dimana kesemuanya bertujuan akhir dalam meberikan nilai ke konsumen. Dalam suatu perusahaan, lima aktifitas utama umunya dipegang pada empat departemen atau fungsi utama. Fungsi operation mengambil tiga aktifitas utama yakni inbound, operations dan outbound, ketiga aktifitas ini dikelola oleh departemen produksi dan supply chain. Untuk dua aktifitas selanjutnya marketing & sales serta service dilakukan oleh departemen marketing dan sales distribution. Disini kita akan berfokus pada operations yang dilakukan oleh departemen produksi dan supply chain.
Inbound logistics adalah suatu proses dimana kedatangan bahan raw material ke dalam perusahaan. Inbound ini banyak dilakukan oleh bagian purchasing atau procurement untuk mendatangan beragam jenis raw material sesuai jumlah, spesifikasi dan waktu yang diinginkan. Proses selanjutnya yakni produksi. Bagian produksi mengolah raw material yang telah datang untuk dijadikan produk jadi. Operation erat kaitannya dengan proses produksi dan proses penyimpanan barang. Setelah barang jadi finished goods, barang tersebut butuh untuk dikirim ke pelanggan, proses pemindahan produk ke pelanggan adalah proses outbound.
Supply Chain baru dikenal di awal-awal tahun 2000an seiring dengan revolusi industri. Gambar diatas dalam Ballou (2007) menunjukkan bagaimana suatu supply chain itu menjadi suatu kebutuhan di tahun 2000. Pada awalnya kebutuhan industri yang mendasar adalah pengadaan beragam raw material agar tiba di gudang dan kemudian dilakukan produksi. Asal-usul itu berawal dari bagian pengadaan. Karena pada masa itu, pengiriman masihlah sangat sederhana sehingga proses bisnis dan operasi serta kebutuhannya masih sederhana.
Seiring adanya globalisasi, pengiriman dan juga supply barang sudah semakin luas. Perusahaan bisa mengakses lebih luas lagi produk dan konsumen. Dengan keanekaragaman pemasok dan juga konsumen, perusahaan menyadari butuhnya fungsi kombinasi antara pengadaan barang dan juga pengiriman barang, karena permintaan semakin tinggi kapasitas mesin dan terbatasnya penyimpanan, efisiensi dan perencanaan yang matang menjadi kunci utama agar aliran barang dan kebutuhan konsumen dapat dipenuhi. Kombinasi antara pengadaan barang, penyimpanan dan pengiriman barang ini memunculkan istilah logistic management sebagai perkembangan dari purchasing.
Menuju tahun 2000-an, kondisi global semakin berubah cepat. Banyak pemain pemain baru bermunculan dan konsumen juga semakin beragam. Kebutuhan konsumen semakin tinggi dan semakin beragam menuntut manajemen dari perusahaan untuk bergerak cepat mengikuti kebutuhan konsumen. Cara yang dilakukan logistik harus ditingkatkan untuk lebih agile karena perubahan yang cepat di pasar dan manuver strategi manajemen. Sedangkan di sisi logistik dan produksi, perubahan cepat itu tidak bisa diimbangi dengan proses produksi yang berubah secepat pasar dan juga keputusan manajemen, hal ini diakui karena ada keterkaitan mesin, raw material, dan banyak hal lainnya. Kondisi ini yang menuntut logistik untuk semakin melebarkan perencanaan hingga kondisi dan permintaan pasar. Proses produksi, pengadaan dan pengiriman harus ikut mempertimbangkan kondisi permintaan dan tren dari pasar. Sehingga dalam proses produksi dan pengiriman butuh titik temu antara push and pull strategy, forecasting produk dilakukan dengan pull the market dan push production yang mencari titik terbaik. Istilah baru pengembangan ini dikenal dengan supply chain management.