Sesungguhnya Tuhan menciptakan makhluk secara berpasang-pasangan. Dia menciptakan laki-laki dan DIa juga menciptakan perempuan. Keduanya diciptakan untuk saling melengkapi dalam mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya. Faktanya jumlah laki-laki dan perempuan di dunia ini miliaran. Tuhan mengariskan seorang pasangan untuk setiap jiwa yang dia ciptakan. Tapi siapakah yang menjadi pasangan takdir kita. Tuhan merahasiakannya. Setiap hari kita berpapasan dengan lawan jenis banyak jumlahnya, Apakah diantara mereka adalah takdirku? Apakah takdirku ada di orang yang telah kukenal selama ini? Bagaimana kutau dia-lah takdirku?
Satu tahun yang lalu, ku pernah mengenal seorang bernama Venus. Sebuah invisible hand yang mempertemukan Venus dan Mars dalam sebuah percakapan sederhana dalam sebuah genggaman handphone. Aku sendiri hanya berniat menambah skill komunikasi dan juga sekedar iseng, tidak lebih. Somehow, kita memiliki kesamaan yang sama, kita menyukai kucing. Ya, waktu itu saya sangat menyukai kucing dan sempat bermimpi untuk memiliki peternakan kucing. Bukan untuk diperah susunya tapi untuk pengembang biakkan dan perawatan. Sebuah mimpi konsep bisnis kucing untuk seorang yang kala itu berstatus pengangguran.
Hampir setiap pria ketika mendengar artis Raisa bernyanyi akan berdecak kagum dan menyukainya, meski tanpa memandangi wajahnya. Apalagi ketika memandangi wajahnya, maka rasa jatuh cinta pada penyanyi Raisa akan semakin bertambah. Dikala ku berjumpa dengan Venus, mendengar suaranya melihat wajahnya, maka di saat itu kutau dia bukan Raisa. Aku tidak jatuh hati padanya. Wajahnya tidak seperti artis atau wanita cantik yang sering dijumpa di tv dan internet. Suaranya tidak seindah dan semerdu para penyanyi di playlist musik kekinian. Postur tubuh dan cara berpakaiannya tergolong standar dan tidak membuat kita tergila-gila seakan melihat body Kim Kardasihan. Venus bukanlah seorang wanita idaman jauh dan jauh dari kata sempurna dari imajinasi khayalan semua pria. Tetapi ada sedikih hal yang menggelitik dari dirinya, yakni semangat hidup dan kualitas kata-katanya.
Bagaimana rasanya menjadi atlit olahraga yang didukung oleh supporter ataupun tim cheerleader nya? Kira-kira begitulah rasanya ketika berbicara dengan Venus. Aura positif yang tertuang dalam raup muka dan kata-katanya memberikan semangat hidup. Membangunkan diri dari dunia mimpi, tidak lelah untuk menghadapi para pemimpi, untuk membangunkan para pemimpi dari tidur imajinasinya. Kita tidak butuh pasangan secantik Cleopatra maupun tubuh seperti Gal Gadot, yang kita butuhkan adalah para penyemangat yang menampar membangunkan kita dari dunia imajinasi. Untuk bergerak kea rah yang lebih baik lagi.
Kini ku tau dia bisa jadi yang terpilih, atau yang harus kupilih. Saat aku tau bersamanya aku terbangun dari dunia imajinasiku, menghadapi realita. Bergerak untuk meningkatkan kualitas hidup.